Top Ad unit 728 × 90

Popular Posts

Nilai-Nilai Kartini-an sebagai Manhaj al-Fikr

3 kartini
“Dikenal karena suka membaca, pemikiran, dan perjuangannya
untuk masa depan perempuan Indonesia”
Hantaran
Siapa yang tidak mengenal Ibu Kartini? Semuanya mengenalnya. Hari ini (21 April 2014), hampir semua perempuan merayakan peringatan Ibu Kartini dengan berbagai macam cara. Ada yang berpakaian adat, bergaya ala Ibu Kartini, atau berceramah soal sejarah Beliau. Tidak banyak yang membicarakan soal Nilai Kartini-an tersebut. Sehingga banyak perempuan yang hanya memperingati Ibu Kartini tetapi tidak meneruskan nilai-nilai perjuangan Ibu Kartini.
Kenapa “Kartini-an”? Karena pemikiran dan perjuangan Beliau harus kita perjuangkan, bukan sekedar diperingati. Seperti halnya “Gus Dur-ian”, maka boleh ada kartini-an. Hehehehe. Saat nilai-nilai pemikiran dan perjuangan harus terus dihidupkan ruhnya dengan menjadi paradigm/kerangka berfikir. Hematnya adalah, “Nilai-Nilai Kartini-an sebagai Manhaj al-Fikr”.
Permukaan hantaran
Soal sejarah lebih menarik dengan membahasnya secara kritis. Karena kebanyakan melihat sejarah sebagai sesuatu yang bersifat kenangan saja. Sebenarnya sejarah mengandung ilmu pengetahuan tentang bagaimana kita dalam menyikapi sesuatu fenomena yang terjadi sekarang ini.
Kartini seorang bangsawan yang kebetulan orang tuanya masih sangat taat pada adat istiadat. Seperti yang sudah-sudah pada masa itu, perempuan setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Akan tetapi, akan dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Beliau tetap menurut meskipun hatinya berkata lain. Beliau sangat haus akan ilmu dan ingin memberitahukan bahwa perempuan juga mempunyai hak belajar. Akhirnya untuk memanfaatkan waktu-waktunya di rumah diisi dengan membaca buku-buku bersama si-mbok (pembantunya). Sampai akhirnya menikah dengan seseorang lelaki yang bernama Raden Adipati Joyodiningrat, yang dijodohkan oleh orang tuanya. Luar biasa, Kartini masih meminta ijin untuk belajar dan mengajarkan ilmu kepada perempuan dengan mendirikan Sekolah Perempuan.
Berbeda dengan kondisi sekarang yang serba bebas bahkan dibiarkan. Banyak perempuan yang tidak sungguh-sungguh memanfaatkan segarnya kebebasan hak dalam belajar. Mereka lebih cenderung bersenang-senang. Agaknya budaya (adat istiadat) zaman kartini boleh di bawah pada masa sekarang. Agar mereka sadar akan pentingya belajar. Selain itu, banyak perempuan dengan sikap dan perilaku yang tercela. Misalnya menjadi anak durhaka dengan berkata yang kotor dan memaksakan kehendaknya dengan berlebihan. Bukankah sekarang orang tua kita lebih terbuka dari pada orang tua Ibu Kartini? Kalaupun masih sama, kita tetap harus memakai cara-cara yang lebih sopan agar tidak menjadi anak durhaka. Mungkin terlalu sulit membalikkan waktu, lebih mudah dengan belajar sejarah Ibu Kartini secara kritis dan mengambil nilai-nilai perjuangan dan pemikiran Beliau.
Pemikiran dan perjuangan Ibu Kartini terdapat semangat kesetaraan gender dan feminis. Kita harus benar-benar memaknai semangat kesetaraan gender dan feminis secara komprehensif dan dipraktikkan secara ramah dan toleran agar terwujudnya perempuan-perempuan yang menjadi khalifah Allah fi al-Ardhi (Khalifah Allah). Bahwa perempuan tidak hanya berhenti pada status setara dengan kaum laki-laki, tetapi juga harus menunjukkan dengan kinerja-kinerja yang luar biasa.
Isi Hantaran
Seperti halnya sebuah hantaran lamaran, sub ini membahas isi hantaran yang telah dibuka permukaan hantaran tersebut menuju isi hantaran, yaitu “Nilai-Nilai Kartini-an sebagai Manhaj al-Fikr”. Artinya, pemikiran dan perjuangan Ibu Kartini terus dapat hidup menjadi semangat produktif bagi seluruh perempuan-peempuan Indonesia.
Berikut ini adalah nilai-nilai pemikiran dan perjuangan Ibu Kartini :
  1. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
  2. Menghormati dan patuh terhadap Orang Tua serta Toleran terhadap budaya orang tua
  3. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan
  4. Budaya membaca
  5. Tetap menjadi Ibu Rumah Tangga sekaligus mengabdi untuk kamajuan peradaban
  6. Semangat kesetaraan gender dan semangat feminis
  7. Tidak mudah berputus asa
  8. Menghormati dan patuh terhadap suami
  9. Berperilaku sopan dan Berpenampilan sopan
  10. Menjungjung tinggi budaya daerah, bangsa, dan Negara secara kritis transformatif.
Penutup Hantaran
Perempuan yang berparadigma fundamental akan berpikir bahwa perempuan adalah kanca wingking wong lanang dan mempunyai job description  “Dapur”, “Kasur”, dan “Sumur” an sich. Kemudian pemikiran perempuan yang liberal lebih menekankan pada penghapusan secara total tugas rumah tangga, banyak perempuan yang bekerja terus menerus akhirnya tidak meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Selanjutnya perempuan harus berparadigma moderat yaitu mengharmonisasikan tugas rumah tangga dan tetap berkarya. Harusnya perempuan hari ini sudah mencapai fase moderat atau perempuan ulul albab dengan satu cara menjadikan nilai-nilai pemikiran dan perjuangan Ibu Kartini sebagai Manhaj al-Fikr. Selamat berdzikir, berpikir, dan beramal sholeh (Ulul albab).
Tulisan ini memerlukan kritik dan saran agar mendekati kesempurnaan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Nilai-Nilai Kartini-an sebagai Manhaj al-Fikr Reviewed by Makhfud (Cak Pod) on 06.18 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by My Opinion About © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.