Top Ad unit 728 × 90

Popular Posts

KARTINI MODERN


          Wanita Indonesia saat ini tidak lepas dari beberapa peran wanita di pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan yang bisa di teladani oleh kita semua, baik dari sisi sosio kultur ataupun kondisi situasi pada saat itu. Sebetulnya sudah sejak zaman dahulu (kemungkinan barangkali zaman Indonesia masih berupa kerajaan kerajaan), wanita Indonesia sudah menunjukkan kedewasaannya dalam berpikir dan berperan serta di sektor kehidupan yang modern sesuai dengan zamannya. Terbukti ada buku yang menceritakan bagaimana Jawa mempunyai prajurit wanita yang canggih bermain senapan, ahli ke protokoleran ke negaraan, ekonomi sosial politik  yang juga bergerak menawan. Pada waktu itu di jelaskan bagaimana para prajurit perempuan begitu jeli atas segala pengeluaran ke ekonommian kerajaan,, mereka di tugaskan raja untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran ekonomi. Ada juga perempuan yang bertugas mengatur protokoler raja, sampai para prajurit perempuan yang belajar tentang senjata untuk menjaga keamanan kerajaan. Ini adalah indikasi bahwa perempuan Indonesia sudah canggih dan modern sesuai dengan zamannya. Begitu juga kita temukan ratu cerdik di pulau Jawa ini, yang biasa di sebut dengan ratu Boko. Atau juga kita temukan sosok yang lain, yaitu ratu Sima yang adil di pulau Jawa ini, atau bahkan yang sangat familiar di telinga kita, yaitu ratu Majapahit, Tri buana tungga Dewi.
          Ketika pra kemerdekaan juga banyak wanita Indonesia yang memberikan tauladan kepada kita. Ada pahlawan wanita di berbagai daerah, seperti Cut Nyak Dien, Cut Mueti’ah, Cristina, Raden Ajeng kartini, Dewi Sartika dan lain sebagainya. Sebelum merdeka, di Aceh beberapa ratu yang memimpin kerajaan Aceh. Putri Sultan Iskandar Muda menjadi pemimpin Aceh waktu, meski di Aceh sangat kental dengan syari’’at Islam sebagai konstitusi Negara, akan tetapi Aceh tidak menutup pintu untuk ruang gerak perempuan di bidang politik, terbukti putri Iskandar Muda menggantikan ayahnya untuk memimpin Aceh dengan sukses, bahkan sukses meng kader beberapa perempuan yang sukses di bidang politik ke negaraan, seperti Cut Nya’ Keisti, Tjut Ma Fatimah, sampai lahirnya pejuang perempuan dari Aceh yang sangat terkenal, yaitu Cut Nya’ Dien. Putri Iskandar Muda yang disebut Sultanah Taj Al alam sangat tegas menentang VOC waktu itu.Ia menentang keras usaha Belanda yang ingin memonopoli dan ingin mendominasi Aceh. Dengan begitu Sultanah Taj Alam menjadi sangat cerdik untuk mengatur siasat pertahanan Negara kerajaan Aceh saat itu.
          Indonesia memang Negara yang kaya raya segalanya, cantik dhohir batinnya, sehingga beberapa Negara ingin menguasainya, mulai dari portugis, Inggris, Belanda, Jepang. Keinginan yang tidak manusiawi itu juga akhirnya memunculkan beberapa tokoh wanita spektakuler di era nya untuk mengusir penjajah. Cut Muti’ah bergerak cerdik di daerah Aceh, Cristina di Maluku. Sampai raden ajeng Kartini juga berperang mengusir kebodohan di waktu Belanda men diskriminasi pendidikan hanya untuk kalangan elit dan colonial Belanda. Pemikiran raden ajeng Kartini yang di ilhami oleh nilai nilai religi yang tinggi membuktikan dia mampu bergerak yang maslahat untuk ummat sepanjang zaman. Dalam salah satu pemikirannya adalah, bahwa wanita itu yang dekat dengan anak, oleh karena itu wanita juga harus pandai, setidak tidaknya mampu menyiapkan anaknya menjadi orang yang cerdas dan cermat. Menyelam sambil minum air lautan, kiranya mungkin ini yang pas atas perjuangan R A Kartini di bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan kaum Hawa. Karena dari ke bolehannya mengikuti pendidikan bersama kaum bangsawan dan colonial, Kartini akhirnya berupaya untuk menciptakan pendidikan di kalangan perempuan. Gerakan ini tidak berjalan begitu lama, karena usia RA Kartini pula, akhirnya ide ini meng ilhami Dewi Sartika untuk  menciptakan lapangan pendidikan bagi kaum wanita, yang kemudian disebut dengan ‘sekolah estri’ , sekolah ini berada di Jawa Barat. Antara Kartini dan Dewi Sartika tidak hidup semasa, akan tetapi pemikiran dan gerakan Kartini ini terbaca oleh Dewi Sartika, sehingga terciptalah sekolah estri di lingkungannya. Sejak sekolah estri berdiri, banyak sekolah sekolah yang mengkhususkan kaum Hawa di buka, di Sumatra diantaranya. Dari gerakan ini akhirnya muncul spririt, motivasi dan dukungan dari siapapun, lalu sampai terbentuk organisasi wanita se nusantara, bahkan juga terselenggara konggres, yang akhirnya juga di kenal dengan KOWANI (konggres wanita Indonessia).
          Sebuah perjuangan yang tidak muda, hingga kita bisa merasakan kemerdekaan ruang gerak bagi wanita. Meskipun agama sudah member ruang dan teladan baik, bahwa wanita dalam perannyanya sebagai kholifah dan warga Negara mempunyai kesamaan dengan laki laki, akan tetapi gerak wanita sempat terjerat oleh budaya dan sistem (sesuai yang telah terbaca pada kondisi di era Kartini), namun ada juga yang gerak nya sudah bisa di bilang sample emansipasi, seperti Cut Nyak Dien dan sebagainya. Mereka semua adalah cermin wanita Indonesia yang modern di zamannya, dan sebetulnya Indonesia sudah menampilkan beberapa tokoh perempuan yang tangguh di berbagai zaman (kerajaan, pra kemerdekaan, colonial, pasca kemerdekaan). Mereka mampu bergerak dengan baik dan manfaat, bahkan menjadi teladan yang kemudian langkah geraknya banyak yang melanjutkan.
          Dari hasil perjuangan itu, kini kita mengenal dunia publik (tidak sekedar menjadi ibu rumah tanggah ansih). Namun entah perkembangannya?. Terlepas dari berubah atau tidaknya semangat kaum wanita pada saat ini, yang jelas sudah ada perubahan yang signifikan atas kemajuannya. Saat ini wanita sudah sejajar dengan laki laki dalam bersuara dan bergerak di ranah sosial. Perjuangan yang telah di contohkan oleh pahlawan wanita terdahulu juga telah menjamah di kehidupan masa kini, hanya saja yang kini menjadi sebuah pertanyaan, adakah balancing antara kodrat dan emansipasi, atau lebih tertarik pada arti modernisasi wanita yang cukup miring, dalam arti terjadi ketidakseimmbangan antara tugas wajib sebagai pendidik anak/ibu rumah tangga dengan dia hanya sekedar senang melakukan aktifitas di luar rumah tanpa memberi nilai ke seimbangan antara keduanya.
          Wanita sudah mempunyai milieu kecil yang seharusnya selalu di perhatikan, yaitu rumah. Dalam rumah ada anaknya yang mesti di siapkan untuk bisa eksis di zamannya kelak. Seperti halnya yang di gambarkan oleh gus Dur beberapa waktu yang lalu, bahwa wanita modern adalah mereka yang sanggup merawat anaknya untuk bisa menjawab persoalan kehidupan di zamannya, hanya saja dalam bahasa gus Dur mengatakan, “ wanita modern bukan yang menggunakan trend masa kini, namun wanita modern adalah seperti ibu ibu muslimat yang jualan tahu tempe kemudian sisa uangnya di tabung untuk pendidikan anaknya”, demikian ujarnya yang juga kemudian dapat dipetik inti dari peran wanita itu sendiri.
          Gambaran seorang wanita tidak lepas dari perannya sebagai seorang ibu, pendidikan sejak mulai dalam kandungan juga di lakukan, meski tidak secara langsung penyampaian dari nilai nilai edukatif itu sendiri. Wanita dalam pandangan agama juga di beri kebebasan yang sama dengan laki laki atas hak politik, ekonomi dan lain sebagainya. Namun yang harus di garis bawai adalah kodratnya sebagai ibu. Tidak menjadi persoalan yang besar jika wanita berkarir di luar rumah, karena bagaimanapun, wanita adalah hamba Tuhan yang juga sama seperti laki laki mempunyai peran sosial di masyarakatnya. Wanita juga hamba Tuhan yang mempunyai kewajiban beribadah sama dengan laki laki, dalam hal ini memang tidak ada bedanya, karena sama sama meng fungsikan dirinya sebagai manusia dan hamba Tuhan. Akan tetapi di sisi yang lain, wanita mempunyai perbedaan dengan laki laki, yaitu kodrat sebagai ibu dan istri. Inilah kemudian, bahwa kaum wanita itu berlomba lomba dalam kebaikan bukan untuk bersaing dengan kaum laki laki, akan tetapi mengajak untuk sama sama cerdas. Seperti cita cita RA Kartini, bahwa ia memperjuangkan kaum wanita tidak untuk bersaing, namun Kartini dalam gerakannya ini tidak ingin menuntut kesetaraan, tapi mengajak kaumnya untuk mensetarakan diri dengan ilmu pengetahuan dan kecerdasan.
          Ibu adalah sekolah bagi anak anaknya, al um madrosatul ummah, bahwa ibu itu adalah sekolah bagi umat. Ini karena pada kebiasaan yang lumrah, ibu selalu dekat dengan anak anaknya, sedangkan anak haruslah mendapat pendidikan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Guru pemula ini kemudian di perankan oleh seorang ibu. Dari sinilah sebetulnya wanita itu juga harus lebih banyak mengantongi nilai nilai edukasi, karena secara langsung dan setiap saat, seorang ibu selalu berdekatan dengan anaknya yang harus di berikan pengetahuan dan pendidikan. Sebetulnya inilah yang menjadi cita cita Kartini untuk wanita Indonesia, seperti yang tertulis dalam surat Kartini yang intinya ‘jika para ibu itu cerdas, maka anak anaknya juga demikian’, inilah yang melandasi sekolah perempuan yang di dirikan oleh Kartini. Sampai pada akhirnya para wanita Indonesia mengikuti jejak langkahnya.
          Sebagai hamba Tuhan, wanita juga turut mempunyai andil dalam ikut serta membangun masyarakat yang sehat, sehingga anjuran untuk berdzikir dan berfikir yang sama sama sejajar itu juga berlaku untuk wanita tanpa ada pengecualian. Gerakan sehat dan manfaat untuk masyarakat itu akan terjadi ketika ada sinkronisasi antara daya dzikir dan fikirnya, kedua item tersebut akan berbuah menjadi gerak sosial yang baik (amal sholeh). Wanita adalah bagian dari manusia yang selayaknya juga di manusiakan, dan seorang wanita juga harus menyadari peran sebagai hamba dan kholifah. Tidak hanya serta merta gembar gembor peran gender atau emansipasi wanita, lakukan saja yang terbaik, termasuk untuk keluarga dan lingkungan masyarakat, dengan sendirinya itu akan mengembangkan peran fungsi gender atau emansipasi wanita yang seimbang membangun keluarga dan lingkungannya.
          Semoga wanita Indonesia bisa menjadi wanita dan ibu yang cantik dalam kiprahnya, dan yang lebih penting lagi adalah tugas sebagai ibu yang mendidik manusia. serta manfaat untuk lingkungannya. Sudah tak ada lagi jarik yang menyempitkan langkahnya, kemungkinan hanya kebodohan yang akan menjerat langkahnya, maka sudah sepatutnya untuk tidak berhenti belajar, agar terus bisa berjalan sesuai zaman.

Sumber:https://www.facebook.com/notes/wachyuni-zulkarnain/kartini-modern/779296362083017?comment_id=8054452&offset=0&total_comments=15&ref=notif&notif_t=note_reply

KARTINI MODERN Reviewed by Makhfud (Cak Pod) on 21.10 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by My Opinion About © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.