Antara Dakwah Islam dan Islamisasi
Benarkah dakwah
dan islamisasi itu menjadi satu kesatuan? Jawabnya bisa tidak bisa juga iya.
Dakwah itu bukan sekedar soal pengislaman, tetapi juga soal kampanye kehidupan
yang adil, makmur, dan damai. Sehingga islamisasi sebenarnya bukan menjadi
tujuan adanya Islam itu sendiri. Islam hadir untuk membawa dan memperbaiki
kehidupan (innama buitstu li utimma makarimal akhlak) menjadi lebih adil
dan damai (al-Hadid ayat 25 dan al-Kafirun ayat 1-6).
Surat
al-Hadid ayat 25:
Sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Sekali lagi,
dakwah islam tidak hanya bertujuan untuk mengislamkan umat manusia, melainkan
mengenalkan dan mengajak manusia untuk mewujudkan kehidupan yang bermoral,
humanis, adil, dan damai.
Islamisasi atau
pengislaman itu ada dua macam, yakni islamisasi positif dan islamisasi negatif.
Islamisasi negatif adalah pengislaman yang membabi buta/memaksa dengan segala
cara dan terkesan bersifat simbolisme belaka. Islamisasi negatif lahir karena adanya
pemeluk agama (Islam) yang mengalami ketidakpercayaan dan merasa benar sendiri
diantara (nama-nama) agama-agama yang ada di dunia ini. Mereka yang islam,
bersuudzon terhadap non islam soal usaha pengkafiran, begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu, terjadilah dakwah untuk memperebutkan umat. Dengan begitu,
terjadilah caci maki antar pemeluk agama, pembatasan dan pemaksaan dalam
menyakini sebuah kepercayaan atau agama tertentu. Tidak jarang, perebutan umat
tersebut diwarnai dengan hujatan dan saling menghina kepercayaan masing-masing,
bahkan tindakan kekerasan menjadi sah dengan atas nama dakwah dan jihad dijalan
Tuhannya masing-masing. Sering kita jumpai, agama mayoritas menindas agama
minoritas. Itu pernah terjadi di Indonesia dan hari ini pun terkadang terulang
kembali. Seperti perusakan tempat ibadah dan penyesatan kepercayaan dengan main
hakim sendiri. Padahal, Islam melarang caci maki soal keyakinan dan pemaksaan
terhadap keyakinan beragama.
Surat al baqarah
ayat 256 tentang kebebasan beragama:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Kemudian soal larangan mencaci maki keyakinan dalam surat al-An’aam ayat 108:
Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan
setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan.
Berbeda 180
derajat, Islamisasi positif sangat dianjurkan dan inilah yang bisa kita
sandingkan dan bisa dikatakan sebagai tujuan dari pada dakwah Islam. Yakni,
mengenalkan Islam dengan cara-cara yang lebih humanis dan pluralis. Seharusnya
dakwah memang tidak mengedepankan pengislaman saja, tetapi lebih kepada
kampanye keadilan dan kedamaian. Sesuai dengan surat al-Asr ayat 2-3 tentang
amar ma’ruf nahi mungkar, surat al-maidah ayat 48 tentang berlomba-lomba dalam
kebaikan, dan an-Nahl ayat 125 tentang mekanisme dakwah dengan kesopanan dan
hikmah, tanpa pemaksaan dan kekerasan.
Al-Asr ayat 2-3,
Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
Kemudian surat an-Nahl
ayat 125:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Islamisasi
positif tersebut secara tidak langsung akan membuat Islam itu semakin dicintai
(surat ali-Imran ayat 159).
Agama (yang bernama) Islam dengan sejarah kemunculannya
yang dikenalkan dan disampaikan oleh Rasulullah di Arab telah tersebar luas di
penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Sebelum agama (yang bernama) Islam dikenal
di arab, terdapat beberapa agama-agama yang telah dianut, seperti agama Nasrani
(Kristen), Yahudi, dan Penyembah Berhala. Berbeda dengan di Indonesia, sebelum
Islam terdapat agama Kapitayan, Hindu, dan Budha. Melihat secuil sejarah
tersebut, pernahkan terbesit dalam benak kita bahwa nama-nama agama itu tidak
hanya ada satu, melainkan ada banyak sampai hari ini. Meskipun dalam keyakinan
kita (pemeluk agama Islam) terdapat nash al-Qur’an (al-Maidah ayat 3) bahwa
agama yang sempurna dan diridhai oleh Allah adalah Islam, nyatanya nama-nama
agama terdahulu masih ada. Itu artinya, Islamisasi bukan menjadi tujuan Islam
itu sendiri. Melainkan berlomba-lomba dalam kebaikan (al-Maidah ayat 48) dan
menjadi khalifah di bumi (al-Baqarah ayat 30) itulah tujuannya (konsep dakwah).
Untuk kesekian kalinya, berdakwah itu bukan hanya soal
mengislamkan, melainkan soal kampanye kehidupan yang penuh keadilan dan
kedamaian. Dengan begitu, tidak akan ada lagi istilah perebutan umat. Dengan
begitu juga, kita bersama-sama sebagai manusia meskipun beragama berbeda akan
memakmurkan bumi dengan meningkatkan kehidupan yang bermoral, humanis,
pluralis, adil dan damai sesuai dengan dialog Allah SWT dengan Malaikat yang
diabadikan dalam surat al-Baqarah ayat 30.
Antara Dakwah Islam dan Islamisasi
Reviewed by Makhfud (Cak Pod)
on
16.38
Rating:
Tidak ada komentar: