Top Ad unit 728 × 90

Popular Posts

Awal Ramadhan ke-23 Milikku

Tiga hari yang lalu, ramadhan masih terlintas bagai bulan yang biasa-biasa saja. Seperti yang tereksplor dalam memori pikiran bahwa bulan ramadhan saya akan berpuasa, bertarawih, aktifitas siang menjadi sedikit berkurang, serta tidak lupa dengan sahur dan berbuka. Tanpa mengurangi keyakinan saya tentang kesucian bulan Ramadhan, tiga hari yang lalu bahkan sampai sore tadi, hati dan pikiran saya masih belum menemukan chemistry soal bulan Ramadhan. Kenapa? ......................

Mengingat dua tahun bahkan tiga tahun yang lalu, ketika akan mendekati bulan ramadhan hati dan pikiran saya (seingat saya.hehehe) begitu bergembira dan begitu mengharapkan barakah-barakah di Bulan Suci Ramadhan. Kenapa dengan tahun ini? Sedikit merasionalkan keadaan hati dan pikiran saya tersebut yang menurut saya mengalami kemunduran, muncul beberapa faktor yaitu: a). Aktifitas yang sibuk dan menyibukkan diri. Hehehe, b). Menjalin hubungan asmara ilegal – pacaran – (kebetulan lagi ada miss communication), c). Keponakan kebetulan lagi sakit (semoga cepat sembuh), d). Ibadah ritual dan sosial mengalami penurunan secara fisik dan substansi,  serta e). Sering berbuat kesalahan, dosa, dan lain-lain. Beberapa hal itu yang dua tahun lalu tidak saya alami sehingga membuat perubahan hati dan pikiran saya soal menyambut bulan Suci Ramadhan. Akan tetapi, sisi hati nurani saya secara refleks akan terus ingat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan suci dan penuh berkah, siapapun orang Islam akan bergembira ketika berkesempatan bertemunya.

Sedikit mencari motif kegembiraan memasuki bulan ramadhan, saya melalukan wawancara kepada keluarga di rumah. Wawancara hanya dengan tiga pertanyaan, yang pertama bertanya apakah pada awal bulan atau bulan ramadhan ini merasa bergembira? Ayah saya (Mohamad Munip/55), Ibu saya (Khusnul Khotimah/44), dan adik pertama saya (Adniatur Rizkiyah/22), serentak menjawab senang. Berbeda dengan adik kedua saya (Aslakhatuz Zuhriyah/17), menjawab senang, tetapi juga biasa-biasa aja. Secara substansial, mereka semua bergembira dengan datangnya bulan Suci Ramadhan. Begitu juga dengan semua orang Islam dimanapun akan menjawab bergembira ketika datang dan/atau berkesempatan beribadah di bulan Ramadhan. Subhanallah............

Selanjutnya, pertanyaan kedua adalah soal motivasi kenapa bergembira dibulan Ramadhan? Lagi-lagi, adik saya (Aslakhatuz Zuhriyah/17), menjawab dengan jawaban yang berbeda. Awalnya kebingungan kenapa bergembira di bulan ramadhan, akhirnya dia menjawab bahwa di awal bulan ramadhan sekarang ini yang belum merasakan kegembiraan yang luar biasa. Akan tetapi, ketika nanti sudah dipertengahan dan mendekati hari raya dia sangat senang katanya. Bagi santri seperti dia (santri di PP. Ngalah Sengon Pasuruan), bergembira di bulan ramadhan karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Urusan ibadah, ya tetap beribadah (ibadah ritual) seperti biasa. Selain itu, kalau bukan bulan ramadhan dia malu ketika akan meminta maaf kepada orang tua/saudara, tetapi ketika bulan ramadhan, malu atau tidak malu dia akan meminta maaf bahkan sampai meneteskan mata. Saya menggaris bawahi, berkumpul dengan keluarga di bulan ramadhan termasuk hikmah bulan ramadhan, dengan begitu kita dapat beribadah bersama-sama dan saling memaafkan. Adapun jawaban Ayah saya (Mohamad Munip/55), termotivasi dengan adanya pembagian bulan ramadhan dengan pembagian sepuluh di awal puasa akan mendapatkan rahmat, sepuluh di tengah akan mendapatkan ampunan, dan sepuluh yang terakhir akan dibebaskan oleh Allah dari api Neraka. Kemudian Ibu saya (Khusnul Khotimah/44), menjawab pokonya senang, beberapa motivasinya adalah ketika bulan ramadhan ibadah dilipat-lipat gandakan dan ibadah sunnah bila dikerjakan mendapatkan pahala ibadah wajib (subhanallah), dan adik saya (Adniatur Rizkiyah/22), mempunyai motivasi telah diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk beribadah di bulan paling mulia ini. Aganya, tidak alasan untuk tidak termotivasi untuk bergembira di bulan ramadhan, meskipun motivasi itu berbeda-beda (subhanallah).
Akhirnya tiba pada pertanyaan terakhir, pernahkan merasa tidak bergembira atau bersedih atau biasa-biasa saja ketika memasuki bulan ramadhan? Untuk jawaban kali ini, ada dua kategori jawaban. Yang pertama, Ibu saya (Khusnul Khotimah/44) dan adik saya (Aslakhatuz Zuhriyah/17) menjawab senang terus dan terus menantikan datangnya bulan ramadhan. Yang kedua, Ayah saya (Mohamad Munip/55) dan adik saya (Adniatur Rizkiyah/22) menjawab pernah merasa sedih dan tidak siap. Ayah saya sedih karena ketika akan ramadhan sedang operasi sehingga bersedih karena tidak dapat maksimal menjalan ibadah puasa. Sedang adik saya tidak siap karena tahun kemarin sakit maag dan takut maagnya kambuh ketika berpuasa. Lagi-lagi, semuanya akan senang ketika datang bulan ramadhan dan akan bersedih ketika kita tidak siap akan kedatangan bulan 1000 bulan tersebut (subhanallah).

Lalu pada gilirannya (menjawab keraguan pada paragraf pertama), terjawab bahwa saya pribadi pun merasa sangat gembira akan datangnya bulan suci ramadhan. Apa yang membuat saya tidak bergembira akhirnya membuat saya bersedih, dengan bersedih akhirnya saya sadar bahwa saya masih diberi kesempatan untuk beribadah dibulan mulia ini. Begitu banyak nikmat sehingga saya lupa kepada rahmat-Mu Ya Allah. Ampuni dosa-dosa hamba-Mu ini dan saya mengucapkan syukur alhamdulillah serta thanks very much atas Rahmat dan Hidayah-Mu Ya Allah. Subhanallah....

Oleh karena itu, yuk meramaikan Bulan Suci Ramadhan 1435 H/2014 M dengan beribadah secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT, serta saling tolong menolong sesama manusia dan memakmurkan serta melestarikan alam dengan sebaik-baiknya.

Awal Ramadhan ke-23 Milikku Reviewed by Makhfud (Cak Pod) on 16.23 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by My Opinion About © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.