Awal Ramadhan ke-23 Milikku
Tiga hari yang lalu, ramadhan masih
terlintas bagai bulan yang biasa-biasa saja. Seperti yang tereksplor
dalam memori pikiran bahwa bulan ramadhan saya akan berpuasa,
bertarawih, aktifitas siang menjadi sedikit berkurang, serta tidak lupa
dengan sahur dan berbuka. Tanpa mengurangi keyakinan saya tentang
kesucian bulan Ramadhan, tiga hari yang lalu bahkan sampai sore tadi,
hati dan pikiran saya masih belum menemukan chemistry soal bulan Ramadhan. Kenapa? ......................
Mengingat dua tahun bahkan tiga tahun
yang lalu, ketika akan mendekati bulan ramadhan hati dan pikiran saya
(seingat saya.hehehe) begitu bergembira dan begitu mengharapkan
barakah-barakah di Bulan Suci Ramadhan. Kenapa dengan tahun ini? Sedikit
merasionalkan keadaan hati dan pikiran saya tersebut yang menurut saya
mengalami kemunduran, muncul beberapa faktor yaitu: a). Aktifitas yang
sibuk dan menyibukkan diri. Hehehe, b). Menjalin hubungan asmara ilegal –
pacaran – (kebetulan lagi ada miss communication), c). Keponakan
kebetulan lagi sakit (semoga cepat sembuh), d). Ibadah ritual dan
sosial mengalami penurunan secara fisik dan substansi, serta e). Sering
berbuat kesalahan, dosa, dan lain-lain. Beberapa hal itu yang dua tahun
lalu tidak saya alami sehingga membuat perubahan hati dan pikiran saya
soal menyambut bulan Suci Ramadhan. Akan tetapi, sisi hati nurani saya
secara refleks akan terus ingat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan
suci dan penuh berkah, siapapun orang Islam akan bergembira ketika
berkesempatan bertemunya.
Sedikit mencari motif kegembiraan
memasuki bulan ramadhan, saya melalukan wawancara kepada keluarga di
rumah. Wawancara hanya dengan tiga pertanyaan, yang pertama bertanya
apakah pada awal bulan atau bulan ramadhan ini merasa bergembira? Ayah
saya (Mohamad Munip/55), Ibu saya (Khusnul Khotimah/44), dan adik
pertama saya (Adniatur Rizkiyah/22), serentak menjawab senang. Berbeda
dengan adik kedua saya (Aslakhatuz Zuhriyah/17), menjawab senang, tetapi
juga biasa-biasa aja. Secara substansial, mereka semua bergembira
dengan datangnya bulan Suci Ramadhan. Begitu juga dengan semua orang
Islam dimanapun akan menjawab bergembira ketika datang dan/atau
berkesempatan beribadah di bulan Ramadhan. Subhanallah............
Selanjutnya, pertanyaan kedua adalah
soal motivasi kenapa bergembira dibulan Ramadhan? Lagi-lagi, adik saya
(Aslakhatuz Zuhriyah/17), menjawab dengan jawaban yang berbeda. Awalnya
kebingungan kenapa bergembira di bulan ramadhan, akhirnya dia menjawab
bahwa di awal bulan ramadhan sekarang ini yang belum merasakan
kegembiraan yang luar biasa. Akan tetapi, ketika nanti sudah
dipertengahan dan mendekati hari raya dia sangat senang katanya. Bagi
santri seperti dia (santri di PP. Ngalah Sengon Pasuruan), bergembira di
bulan ramadhan karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama
keluarga. Urusan ibadah, ya tetap beribadah (ibadah ritual) seperti
biasa. Selain itu, kalau bukan bulan ramadhan dia malu ketika akan
meminta maaf kepada orang tua/saudara, tetapi ketika bulan ramadhan,
malu atau tidak malu dia akan meminta maaf bahkan sampai meneteskan
mata. Saya menggaris bawahi, berkumpul dengan keluarga di bulan ramadhan
termasuk hikmah bulan ramadhan, dengan begitu kita dapat beribadah
bersama-sama dan saling memaafkan. Adapun jawaban Ayah saya (Mohamad
Munip/55), termotivasi dengan adanya pembagian bulan ramadhan dengan
pembagian sepuluh di awal puasa akan mendapatkan rahmat, sepuluh di
tengah akan mendapatkan ampunan, dan sepuluh yang terakhir akan
dibebaskan oleh Allah dari api Neraka. Kemudian Ibu saya (Khusnul
Khotimah/44), menjawab pokonya senang, beberapa motivasinya adalah
ketika bulan ramadhan ibadah dilipat-lipat gandakan dan ibadah sunnah
bila dikerjakan mendapatkan pahala ibadah wajib (subhanallah), dan adik
saya (Adniatur Rizkiyah/22), mempunyai motivasi telah diberikan
kesempatan oleh Allah SWT untuk beribadah di bulan paling mulia ini.
Aganya, tidak alasan untuk tidak termotivasi untuk bergembira di bulan
ramadhan, meskipun motivasi itu berbeda-beda (subhanallah).
Akhirnya tiba pada pertanyaan terakhir,
pernahkan merasa tidak bergembira atau bersedih atau biasa-biasa saja
ketika memasuki bulan ramadhan? Untuk jawaban kali ini, ada dua kategori
jawaban. Yang pertama, Ibu saya (Khusnul Khotimah/44) dan adik saya
(Aslakhatuz Zuhriyah/17) menjawab senang terus dan terus menantikan
datangnya bulan ramadhan. Yang kedua, Ayah saya (Mohamad Munip/55) dan
adik saya (Adniatur Rizkiyah/22) menjawab pernah merasa sedih dan tidak
siap. Ayah saya sedih karena ketika akan ramadhan sedang operasi
sehingga bersedih karena tidak dapat maksimal menjalan ibadah puasa.
Sedang adik saya tidak siap karena tahun kemarin sakit maag dan takut
maagnya kambuh ketika berpuasa. Lagi-lagi, semuanya akan senang ketika
datang bulan ramadhan dan akan bersedih ketika kita tidak siap akan
kedatangan bulan 1000 bulan tersebut (subhanallah).
Lalu pada gilirannya (menjawab keraguan
pada paragraf pertama), terjawab bahwa saya pribadi pun merasa sangat
gembira akan datangnya bulan suci ramadhan. Apa yang membuat saya tidak
bergembira akhirnya membuat saya bersedih, dengan bersedih akhirnya saya
sadar bahwa saya masih diberi kesempatan untuk beribadah dibulan mulia
ini. Begitu banyak nikmat sehingga saya lupa kepada rahmat-Mu Ya Allah.
Ampuni dosa-dosa hamba-Mu ini dan saya mengucapkan syukur alhamdulillah
serta thanks very much atas Rahmat dan Hidayah-Mu Ya Allah. Subhanallah....
Oleh karena itu, yuk meramaikan Bulan Suci
Ramadhan 1435 H/2014 M dengan beribadah secara sungguh-sungguh kepada
Allah SWT, serta saling tolong menolong sesama manusia dan memakmurkan
serta melestarikan alam dengan sebaik-baiknya.
Awal Ramadhan ke-23 Milikku
Reviewed by Makhfud (Cak Pod)
on
16.23
Rating:
Tidak ada komentar: