First Teaching, Gerogi tapi Mengesankan
Apapun Yang Dilakukan Pertama Kalinya, Akan Menimbulkan Perasaan-Perasaan Gerogi, Takut, Nervous, Dan Terkadang Menyenagkan Dan Berkesan. Apa yang harus kita lakukan? Lakukan-Belajar-Refleksi-Evaluasi-dan Aksi Kembali.
Oleh: Makhfud Syawaludin
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU SPN N0 20 Tahun 2003)
A. Pengertian Mengajar
Secara sederhana, mengajar adalah kebalikan dari belajar (aktifitas anak didik) yaitu aktifitas pendidik dalam pembelajaran. Pendidik menjadi pelaku utama selain anak didik dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Nyoman Sudana Degeng, “Pembelajaran sebagai upaya membelajarkan si-belajar.” Jadi, pendidik harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang baik dalam mengajar. Dengan begitu, anak didik akan mengalami proses belajar dan akan memberi hasil belajar yang memuaskan. Menurut Degeng “proses belajar sebagai pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si-belajar. Pengaitan-pengaitan ini akan membentuk suatu struktur kognitif baru yang lebih mantap, yang dapat dipandang sebagai hasil belajar.”
Bagaimana dengan first teaching? Tergantung dalam hal apa pertama kita melaksanakan pengajaran. Yang jelas, diusahakan semaksimal mungkin dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Minimalnya, kita harus mempunyai kesiapan dalam mengajar. Terkait dengan mengajar yang akan menciptakan pembelajaran yang efektif adalah proses dan butuh jam terbang berkali-kali untuk mencapainya. Jadi, kita lakukan saja dan terus belajar untuk menciptakan pembelajaran yang efektif.
First Teaching, pengalaman pertama yang membuat kita semua gerogi, nervous, dan menakutkan sehingga kita dapat menganalisa diri kita untuk tidak sombong dan terus semangat belajar. Mengajar untuk pertama kalinya akan memberikan kesan yang sulit dilupakan dan yang pasti akan menyenangkan.
B. Kompetensi Pendidik
Seorang pendidik harus memiliki empat kompetensi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VI Pasal 28 Ayat 3 yang dikutip oleh Ali maksum, bahwa seorang pendidik minimal memiliki empat kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogis
Seperangkat kemampuan dan keterampilan (skill) yang berkaitan dengan interaksi belajar antara pendidik dan anak didik di dalam kelas. Kompetensi ini meliputi: a). Kemampuan pendidik dalam menjelaskan materi, b). Melaksanakan metode pembelajaran, c). Memberikan pertanyaan, d). Mengelola kelas, dan e). Melakukan evaluasi.
2. Kompetensi Kepribadian
Seperangkat kemampuan dan karakteristik personal yang mencerminkan sikap dan perilaku pendidik untuk melaksanakan tugas-tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sabar, tenang, ikhlas, tanggung jawab, demokratis, cerdas, menghormati orang lain, dan lain-lain.
3. Kompetensi Profesional
Seperangkat kemampuan dan keterampilan terhadap penguasaan materi pelajaran secara mendalam, utuh, dan komprehensif.
4. Kompetensi Sosial
Seperangkat kemampuan dan keterampilan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain. Artinya, guru dituntut memiliki keterampilan berinteraksi dengan masyarakat khususnya dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan problem masyarakat.
C. Persiapan Mengajar
Pendidikan yang dilaksanakan dengan terencana, otomatis menuntut proses mengajar yang terencana juga. Perencanaan inilah yang dinamakan dengan persiapan mengajar. Dengan rencana yang baik, mengajar yang akan kita lakukan akan mengarahkan kita kepada keberhasilan dengan sedikit kesalahan dan memudahkan kita dalam melaksanakan pengajaran tersebut.
Sebuah rencana tidak luput dari disparitas realitas dalam pelaksanaan. Sehingga, rencana kita tidak boleh hanya satu rencana, melainkan 1000 rencana bila perlu. Apabila terdapat kesalahan, kita refleksikan dan kita evaluasi untuk pelaksanaan pengajaran selanjutnya. Dengan istiqomah melakukan ketiga tahapan tersebut, kita semua akan mampu melaksanakan proses mengajar dengan baik.
Apa yang harus dipersiapkan? Banyak yang harus disiapkan. Seperti Mempersiapkan mental, perangkat pembelajaran, bahan ajar, dan lain-lain.
D. Program Safari Ramadhan
1. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatannya tergantung panitia penyelenggara. Misalnya, pada periode Zian Zamani program safari ramadhan di break down berbentuk kegiatan mengajar pondok ramadhan dan buka bersama. Pada periode Saya, berbentuk kegiatan pelatihan micro teaching, mengisi pondok ramadhan, dan buka bersama. Sedangkan pada periode Ahmad Makhrus, berbentuk kegiatan pelatihan micro teaching, mengisi pondok ramadhan dan buka bersama. Dan menurut kabar, dulu safari ramadhan juga ada pendampingan masyarakat selama 1 minggu. Tahun ini, sak karepe koe lhe nduk:P
2. Pelaksanaan Kegiatan Mengajar
Pelaksanaan safari ramadhan, pembimbingan dilakukan secara partisipatoris oleh guru kelas sekolah masing-masing dan mahasiswa yang lebih tua angkatannya kepada adik angkatannya. Selain itu, untuk peserta semester II atau IV yang masih ragu-ragu, malu, dan belum siap masuk kelas satu mahasiswa akan ditemani atau dibantu satu mahasiswa yang sudah siap. Misalnya, dalam satu kelas diisi dua mahasiswa semester II dan VI, semester II dan II, dan lain-lain.
Kegiatan pengajaran dalam safari ramadhan seperti halnya seorang guru yaitu mengajar, melatih dan mendidik serta evaluasi, yang membedakannya adalah semuanya itu dilakukan secara sederhana. Misalnya, mengajar, mendidik dan melatih dilakukan 1 hari hanya 1 kali dengan alokasi waktu 65 menit selama 1 minggu dan berbeda kelas dalam setiap harinya selama 6 minggu. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam menggunakan metode mengajar. Misalnya, banyak yang masih menguasai sedikit metode mengajar. Sehingga banyak yang menggunakan metode yang sama selama beberapa kali dalam mengajar. Untuk evaluasinyapun begitu, secara tertulis dan terkadang secara lisan untuk materi-materi hafalan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam penilaian pembelajaran.
3. Manfaat Kegiatan Safari Ramadhan Dalam Menguatkan Mental Mengajar Dan Pengetahuan Mahasiswa Tentang Persiapan Mengajar
Mengajar dalam safari ramadhan merupakan mengajar secara mikro. Aka tetapi dilaksanakan secara nyata di lembaga pendidikan. Yang mejadikannya mikro adalah jumlah waktu mengajar hanya 1 minggu saja. Namun kegiatan mengajarnya tetap menggambarkan mengajar secara makro. Persiapan mengajar secara mikro mempertimbangkan beberapa ketentuan, yaitu: a). Memperhatikan apa saja yang diinginkan untuk dipelajari siswa, b). Memperhatikan tujuan pengajaran yang akan dirumuskan, c). Memperhatikan seksusi topik dan tugas-tugas apakah yang paling sesuai untuk disajikan, e). Memperhatikan metode mengajar yang akan digunakan, dan f). Memperhatikan bagaimana kegiatan belajar mengajar itu akan dievaluasi. Meskipun sebagian peserta tidak bisa melakukan itu semua (wajar, karena itu semua akan dilaksanakan pada PPL II), mereka akan tetap mendapatkan pengalaman mengajar terkait perencanaan dalam persiapan mengajar walaupun sederhana. Dan dengan pengalaman itu, dapat menambah wawasan dalam melaksanakan KKN dan PPL II. Sehingga dalam pelaksanaan KKN dan PPL II lebih baik dan banyak pengalaman baru yang dapat kita bandingkan dengan pengalaman terdahulu. Dengan begitu, pengalaman mengajar semakin baik dan sulit dilupakan.
Setelah merencanakan, tiba waktunya untuk melaksanakannya. Pelaksanaan pengajaran atau proses belajar mengajar didalamnya terdapat akivitas yang berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan sangat dipengaruhi oleh penggunaan metode mengajarnya. Untuk metode pengajaran, semua metode terdapat kelemahan dan kelebihannya tergantung tingkat penguasaan dan ketepatan pengguanan metode tersebut. Sebagai pemula, keberhasilan metode pengajaran yang digunakan bisa dikatakan berhasil ketika yang menggunakan metode tersebut benar-benar menguasainya. Sehingga, penggunaan metode pengajaran dalam kegiatan safari ramadhan hanya menggunakan metode ceramah, metode Tanya jawab, metode amsil/perumpamaan dan metode praktek sudah cukup. Dan hal itu juga memudahkan bagi pemula dalam mempelajari metode dan teknik evaluasinya.
Dalam melaksanakan pengajaran terkadang tidak berjalan sesuai rencana karena terdapat masalah dalam pembelajaran. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan kecepatan dalam bertindak namun tetap memperhatikan tujuan pebelajaran yang telah disusun sebelumnya, dan aktivitas tersebut diperoleh dari berfikir dan belajar. Belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi dan situasi yang terjadi. Dan dalam proses belajar seorang manusia tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi yang lebih utama menyangkut aktifitas otak, yaitu berfikir.
Selain persiapan dalam merencanakan, persiapan mental dalam mengajar juga diperlukan. Sebab dalam pelaksanaan mengajar, selain mengajar guru juga sebagai agen pembelajaran (learning agent), adalah peran guru sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi anak didik. Sangat dibutuhkan persiapan mental tersebut agar seorang guru bisa menyampaikan pengetahuan dengan baik. Banyak orang yang pandai namun tidak ahli dalam menyampaikannya karena takut, grogi, malu dan belum siap. Untuk mengatasi hal itu, membutuhkan latihan mental. Mental ini berhubungan dengan rohani, sehingga dalam menumbuhkannya dengan kebiasaan. Dan faktor yang mempengaruhi tumbuhnya kebiasaan adalah dengan melakukannya. Seperti halnya kegiatan safari ramadhan yang dilakukan setiap bulan ramadhan sebagai upaya lebih dini untuk mempersiapkan kompetensi pendidik Islam, terutama kompetensi pedagogik, kepribadian dan sosial (hubungan baik dengan guru pendamping, kepala sekolah dan siswa).
Kegiatan yang terakhir adalah menilai atau mengevaluasi. Dan yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan di dalam pendidikan agama. Sederhananya adalah menilai kemajuan siswa. Dalam evaluasi pada kegiatan safari ramadhan dilakukan pada pertemuan terakhir, dengan cara yang sederhana dan sesuai dengan metode yang digunakan. Misalnya, penilaian dengan tes tertuis dan tes lisan.
4. Manfaat kegiatan Safari Ramadhan dalam mengembangkan wacana keilmuan mahasiswa
Manfaat untuk selanjutnya lebih kepada refleksi pengalaman mengajar dalam mempelajari teori untuk memudahkan pemahaman dan mengembangkan wacana keilmuan tersebut. Semua itu bisa dilakukan ketika perkuliahan aktif di dalam kelas pada mata kuliah PPL I, Media Pembelajaran, Strategi Belajar Mengajar, MPDP (Metode Penyusunan Desain Pembelajaran), Ilmu Jiwa Belajar, Psikologi Pendidikan, Materi PAI SMP/SMA dan MTs/MA, Pengembangan Kurikulum, dan Perencanaan Sistem Evaluasi PAI. Adapun waktunya bisa ketika tanya jawab dengan dosen dan sesama mahasiswa, diskusi kelas dan presentasi kelompok bahkan pembahasan di luar kelas.
Misalnya pada mata kuliah strategi belajar mengajar. Dalam mata kuliah strategi belajar mengajar membahas tentang metode-metode mengajar. Dengan pengalaman atau mengawasi pelaksanaan metode-metode pengajaran tersebut akan lebih memudahkan pemahaman tentang metode tersebut. Dalam buku misalnya dijelaskan pengertian, disebutkan langkah-langkah pelaksanaanya, dan segi negatif dan positif pengunaannya bahkan saran-saran dalam pelaksanaannya. Dan dari teori tersebut kita bandingkan dengan pengalaman yang sudah kita lakukan (melakukan sendiri atau hanya mengawasi dan pengalaman mahasiswa yang lain) dalam safari ramadhan akan memudahkan pemahaman lebih mendalam dan lebih luas.
Kondisi pembelajaran yang demikian bisa masuk kategori learning by do – learning by ekperience. Dalam pembelajaran tersebut, tingkat hasil pemahaman lebih besar. Berikut ini adalah hasil penyelidikan tentang pembelajaran tersebut:
1.1. Tabel hasil penyelidikan pembelajaran learning by do – learning by ekperience.
Aktivitas Hasil
Mendengar ± 15 %
Ditambah melihat ± 55 %
Ditambah berbuat ± 90 %
Melihat hasil tersebut, tentu sangat baik ketika kegiatan safari ramadhan sebagai kegiatan yang medengar, melihat dan berbuat. Dari ketiga aktivitas tersebut akan membentuk sebuah pengalaman dan pemahaman yang mendalam serta mudah diingat. Selanjutnya akan diperbaiki atau disempurnakan terkait wacana keilmuan dan pegalamannya pada kegiatan KKN dan PPL. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi profesional (keilmuan) mahasiswa.
E. Karakteristik Pembelajaran di Tingkat Menengah
Pembelajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Pembelajaran di jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs)/Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih menekankan pembelajaran tekstual, yaitu memberikan landasan atau dalil secara tekstual terhadap segala sesuatu yang dikerjakannya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran, pendidik mempunyai peran berkisar 60% dan anak didik memiliki peran berkisar 40%.
Sedangkan pembelajaran di jenjang Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih menekankan pada optimalisasi peran rasionalitas bagi anak didik. Pembelajarannya bersifat rasionalisasi dalil dan pembiasaan perbedaan pendapat. Dua hal ini menjadi penting disampaikan dijenjang MA/SMA, karena dengan harapan lulusan MA/SMA sudah memiliki kemapanan daya rasionalitasnya dan terbiasa menghadapi perbedaan atau problem kehidupannya. Dan guru harus mampu mendesain pembelajaran yang lebih menekankan aspek rasionalitas terhadap teks-teks norma ajaran agama. Konsekuensinya guru harus mampu melakukan rasionalisasi terhadap teks-teks yang ada dalam ajaran atau norma agama Islam.
Selain itu, peran atau/dan tanggung jawab guru dan anak didik dalam mewujudkan kualitas pembelajaran sama besar, guru memiliki peran berkisar 50%, anak didik juga memiliki peran berkisar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan anak didik dijenjang MA/SMA harus sama-sama memiliki semangat dan motivasi yang jelas dan tinggi. Meskipun dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap, tetapi kalau guru dan anak didik tidak memiliki motivasi pembelajaran yang tinggi, maka pembelajaran akan gagal. Guru dan anak didik dituntut memiliki semangat untuk memanfaatkan segala sarana yang ada di sekolah untuk keberhasilan pembelajaran.
F. Daftar Pustaka
Degeng, Nyoman Sudana. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Malang: t.p.
Fauzi, Ahmad. 1997. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasibuan, J.J dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maksum, Ali. 2011. Pluralisme dan Multikulturalisme, Paradigma Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. 2006. Bandung: Citra Umbara.
Zuhairini. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Offset Printing.
First Teaching, Gerogi tapi Mengesankan
Reviewed by Makhfud (Cak Pod)
on
19.06
Rating:
Tidak ada komentar: