Top Ad unit 728 × 90

Popular Posts

The Real Moslem, Never Corrupt



A.    Semacam Pengantar
        Dulu, pemeluk agama Islam bisa bangga mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang paling sempurna, mampu membawa kesejahteraan dan perdamaian. Sekarang? Banyak yang malu mengatakan hal tersebut, bisa jadi termasuk kita sendiri. Entah mulai kapan, orang muslim mulai diragukan akan keislamanan dan keimanannya oleh orang-orang non muslim bahkan oleh kita sendiri yang sama-sama muslim. Beberapa faktor yang melatarbelakanginya antara lain: 1). Orang Beragama Islam dengan Preman tidak jauh berbeda akhlaknya, sama-sama pernah tawuran, mencuri, menipu, dan berkorupsi, 2). Pudarnya nilai-nilai Ajaran Agama digantikan dengan simbolisme agama,  3). Orang Islam yang Alim dan menjadi panutan/pemimpin adalah yang berketurunan/keluarga Kyai un sich, bukan yang berakhlak terpuji dan berkompeten, 4). Implementasi Ibadah hanya berbentuk ibadah ritual/mahdhoh saja, minim sekali ibadah sosial/ghoiro mahdhoh, dan 5). Banyak orang muslim takut kepada Allah, tetapi semena-mena terhadap makhluk-Nya. Pada dasarnya, kelima faktor tersebut membentuk muslim KTP atau muslim bungkus un sich, bukan Muslim sejati.
        Berpikir tentang permasalahan tersebut, menjadikan kita harus membuka kembali dan belajar Ajaran-Ajaran Islam secara kaffah, sehingga mampu memberikan implikasi ketentraman jiwa, kesejahteraan bangsa dan negara, serta kuatnya akhlak mulia seseorang yang sudah berukun Islam. Kembali kepada lima faktor tersebut, juga menjadikan orang muslim tega dan mau melakukan korupsi yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat, merugikan bangsa dan negara, serta sudah melakukan perbuatan yang dilarang Ajaran Islam. Menjadi muslim sejati tidak hanya melaksanakan ibadah ritual saja, melainkan ibadah sosial juga. Dengan begitu, Muslim Sejati, Tidak akan melakukan Korupsi (the real moslem, never corrupt).

B.    Manifestasi Ibadah sejatinya adalah sebuah kemanfaatan, bukan sekedar Ritual
        Kita harus sedikit mengurangi pembahasan permasalahan secara bathsul masa’il, yaitu dengan merumuskan permasalahan kemudian mencari dalil-dalil dalam sumber hukum Islam saja, tanpa ada sebuah pengambilan makna dari dalil-dalil tersebut. Metode tersebut, menghasilkan hukum halal-haram, boleh-tidak, dan seterusnya faqod. Sedangkan pada saat ini, orang-orang yang melanggar perkara yang haram dan perkara yang tidak boleh dilakukan sudah mengetahui hukum perkara tersebut. Mereka melakukan itu dengan sadar dan merasa bahwa apa yang mereka kerjakan itu boleh menurut ijtihadnya sendiri (ijtihad seenaknya dan berdasarkan kepentingannya sendiri).  Sehingga, pembahasan permasalahan lebih ditekankan pada penggalian makna dan hasil dalam mengerjakan dan meninggalkan sebuah pekerjaan/ibadah. Sebab, mengetahui hukum saja itu tidak cukup tanpa sebuah kesadaran akan pentingnya menjalankan hukum tersebut. Beberapa hal itulah yang mendasari sebuah persepsi, bahwa manifestasi ibadah sejatinya adalah sebuah kemanfaan, bukan sekedar ritual. Itulah, ibadahnya the real of moslem.
Beberapa contoh ibadah yang dapat masuk persepsi tersebut, antara lain:

1.    Sholat
       Ibadah ritual keseharian yang seharuskan memberikan sebuah keshalehan sosial dan rahmat pada siapa yang menjalankan dan siapa yang berkumpul dengan mereka. Bukan hanya menjadi sebuah rutinitas yang jumud dan tanpa ada efek postif bagi yang menjalankan sholat. Seperti dalam al-Qur’an surat Al-‘Ankabuut ayat 21, dengan tema al-Qur’an mensucikan jiwa manusia, sholat mencegah kejahatan:






        Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

       Dengan begitu, sholat bukan sekedar jongkar-jongkir saja, melainkan melatih musholli menghindari diri dari kegiatan yang jahat, termasuk KORUPSI. Begitu sebaliknya, mengajarkan musholli berbuat kebenaran, kedisiplinan, bertanggungjawab, keadilan, dan kejujuran.

2.    Puasa
       Berpuasa mengajarkan kita untuk meningkatkan lebih memiliki sifat simpati dan empati, bukan sekedar ibadah yang menyehatkan diri kita sendiri. Bagaimana seorang shoim menjadi lebih social responsibility adalah sebuah sikap yang berusaha diajarkan dan harus ditingkatkan. Perbuatan korupsi adalah satu kegiatan yang ditentang oleh ibadah puasa, sebab dengan korupsi kita sudah egois individu maupun egois kelompok (kolusi) dan tidak punya rasa simpati dan empati kepada sesama makhluk hidup dan alam. Seperti kasus korupsi dana sosial dan korupsi ijin penebangan liar di hutan.

3.    Hari Raya Idhul Adha
       Begitu juga hari raya kurban, mengajarkan kita agar rela mengorbankan apapun (kisah nabi Ibrahim as.) demi agama. Untuk kita, mengorbankan apapun demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa dan negara serta bertaqwa kepada Allah SWT. Hari raya kurban, bukan sekedar membagi-bagikan daging kurban saja. Akan tetapi, lebih mengingatkan kita agar berkorban demi kemaslahatan dan menjauhi sikap-sikap egois.

4.    Mencari Ilmu
       Mencari ilmu hukumnya wajib bagi siapapun yang hidup di dunia ini. Bahkan bagi anak kucing pun belajar berburu tikus (meskipun itu hanya sebuah insting). Semakin tinggi ilmu seseorang tetapi tidak menjadikan dia tidak berakhlak, maka ilmunya tidaklah bermanfaat. Sebab, buah dari ilmu adalah akhlakul karimah (tsamrotul ilmi al-ahlakul karimah). Pengasuh Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan, KH. Moh. Sholeh Bahruddin memberikan pesan bahwa, Ilmu itu tidak boleh terpisah dengan akhlakul karimah. Tentunya, Korupsi adalah akhlak tercela dan merugikan banyak negara dan bangsa. Sepanjang hidup kita diwajibkan menuntut ilmu, sepanjang itu pula kita diajarkan agar tidak berkorupsi.

C.    Penutup
Kita harus menutup pengertian bahwa ibadah itu hanya ritual. Kita harus berparadigma bahwa ibadah itu memiliki manfaat yang mensejahterakan hidup di dunia dan secara otomatis menolong hidup kita di akhirat. Di dunia ini kita sebagai hamba sekaligus khalifah Allah, berkorupsi berarti kita lupa dengan status hamba dan khalifah yang bertugas memakmurkan dunia. Ibadah kita, harus menjadikan kita lebih menjadi manusia sejati yang fitrah.
www.nu.or.id
The Real Moslem, Never Corrupt Reviewed by Makhfud (Cak Pod) on 00.31 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by My Opinion About © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.