Top Ad unit 728 × 90

Popular Posts

Di Hari Santri Nasional, Dapat Pesan Nyantri dan Berorganisasi

Dari kiri: Sudiono Fauzan, Syaiful Mustika, Amang Fathurrohman (Foto: Heri Sutiro)

Pukul 15.00 WIB 22 Oktober 2016, kita berempat menuju Rumah H. Sudiono Fauzan. Tujuannya sederhana, Ngalap barakah dan doa sebab usai menjalankan ibadah haji. Sesampainya disana, kami menunggu di halaman rumah berselimut terop dilengkapi tempat duduk. “Kita tunggu Pak.” Ujarku. “Santai saja.” Jawab Pak Amang Fathurrohman, Alumni PMII Ngalah yang sezaman dengan Mas Dion tersebut. Diselah-selah menunggu, tiba-tiba ada seorang kakek datang memakai sepeda pancal/ontel. “Ada orangnya”? “Masih mandi Pak.” Jawab Irfan Badri yang serombongan dengan kami. Mendengar itu, Kakek tersebut hanya tersenyum sambil pergi meninggalkan kami.

Beberapa menit kemudian, kami bertemu shohibul bait dan berbincang-bincang seputar aktifitas rukun Islam ke lima tersebut. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja, Kakek yang tadi hadir ditengah-tengah kita dan langsung saja Mas Dion mencium tangannya saat bersalaman, dan kami pun ikut bersalaman. Semenjak kedatangan kakek tersebut, obrolan semakin ramai. Kakek tersebut bercerita, bahwa dulu dirinya adalah Aktifis IPNU Bangil sekitar tahun 1960 an. “Pada waktu itu, saya ikut IPNU Bangil, belum ada NU Kabupaten Pasuruan. Tahun-tahun itu, kita sudah turba ke kecamatan Tutur.” Ungkap Saiful Mustika, nama kakek tersebut. Wah, Jaman sakmono, aktifitas dan pengembangan organisasinya hingga ke Tutur, daerah pegunungan dan jauh dari Bangil. Untuk NU di Pasuruan, ada PCNU Bangil, PCNU kabupaten Pasuruan, dan PCNU Kota Pasuruan. Karena Kecamatan Bangil dalam lipatan sejarahnya adalah sebuah Kabupaten. Ketika Bupati Pasuruannya H. Irsyad Yusuf, Bangil resmi menjadi Ibukota Kabupaten Pasuruan.

Banyak sekali cerita-ceritanya yang membuat kami semakin takdzim kepada Kakek tersebut. Bergelar Santri, kakek tersebut mengajar di Pondok Canga’an Bangil dan rajin berpuasa riyadhoh, yakni puasa setiap hari tanpa henti terkecuali hari-hari yang diharamkan berpuasa. “Pak Syaiful ini, sejak saja kecil nyantri di pondok Canga’an Bangil sudah berpuasa setiap hari sampai sekarang.” Ujar Sudiono Fauzan selaku Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan 2014-2019 tersebut. “Alhamdulillah, sudah sekitar 33 tahun saya berpuasa.” Ungkap kakek kelahiran tahun 50 an tersebut. Kejadian yang menarik adalah cerita lain seputar Pak Syaiful tersebut. “Dulu saat Pak Syaiful ini di antar dan dititipkan mondok, orang tuanya baru sampai rumah, Pak Syaiful sudah ada di rumah. Aneh sekali.” Tambah Mas Dion.

Selain itu, satu pesan sederhananya terkait berorganisasi adalah manfaatnya untuk kehidupan. “Aku berbekal pengalaman berorganisasi itu, aku dapat banyak, manfaatnya sampai sekarang.” Ujar lulusan PGA di tahun pertama zaman itu. Bahkan, saat kami di bilang Mas Dion sebagai Ustadz-Ustadz di Yudharta dan Ngalah, Pak Syaiful hanya tersenyum bilang, “aku wuruki (diajari), pengen belajar.” Mendengar bagaimana proses kehidupan Pak Saiful sebagai seorang santri dan aktifis NU serta semangat belajarnya, bertambahlah semangat kami untuk terus berjuang dan belajar untuk menjalani kehidupan dengan memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya.

Maka, tidak heran ketika Gus Dur berpesan, “Kebaikan seorang Santri tidak dilihat ketika dia berada di Pondok, melainkan setelah dia menjadi alumni. Kamu tinggal buktikan hari ini, bahwa kamu adalah santri yang baik.” Pak Syaiful sudah membutikan dirinya sebagai santri yang baik dalam kehidupannya. Tinggal kita, berproses sebaik-baiknya dan membuktikan kalau kita adalah santri yang baik.
Di Hari Santri Nasional, Dapat Pesan Nyantri dan Berorganisasi Reviewed by Makhfud (Cak Pod) on 02.16 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by My Opinion About © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.