Di Hari Santri Nasional, Dapat Pesan Nyantri dan Berorganisasi
Dari kiri: Sudiono Fauzan, Syaiful Mustika, Amang Fathurrohman (Foto: Heri Sutiro) |
Pukul
15.00 WIB 22 Oktober 2016, kita berempat menuju Rumah H. Sudiono Fauzan. Tujuannya
sederhana, Ngalap barakah dan doa
sebab usai menjalankan ibadah haji. Sesampainya disana, kami menunggu di
halaman rumah berselimut terop dilengkapi tempat duduk. “Kita tunggu Pak.”
Ujarku. “Santai saja.” Jawab Pak Amang Fathurrohman, Alumni PMII Ngalah yang
sezaman dengan Mas Dion tersebut. Diselah-selah menunggu, tiba-tiba ada seorang
kakek datang memakai sepeda pancal/ontel.
“Ada orangnya”? “Masih mandi Pak.” Jawab Irfan Badri yang serombongan dengan
kami. Mendengar itu, Kakek tersebut hanya tersenyum sambil pergi meninggalkan
kami.
Beberapa
menit kemudian, kami bertemu shohibul
bait dan berbincang-bincang seputar aktifitas rukun Islam ke lima tersebut.
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja, Kakek yang tadi hadir ditengah-tengah kita
dan langsung saja Mas Dion mencium tangannya saat bersalaman, dan kami pun ikut
bersalaman. Semenjak kedatangan kakek tersebut, obrolan semakin ramai. Kakek
tersebut bercerita, bahwa dulu dirinya adalah Aktifis IPNU Bangil sekitar tahun
1960 an. “Pada waktu itu, saya ikut IPNU Bangil, belum ada NU Kabupaten
Pasuruan. Tahun-tahun itu, kita sudah turba ke kecamatan Tutur.” Ungkap Saiful
Mustika, nama kakek tersebut. Wah, Jaman
sakmono, aktifitas dan pengembangan organisasinya hingga ke Tutur, daerah
pegunungan dan jauh dari Bangil. Untuk NU di Pasuruan, ada PCNU Bangil, PCNU
kabupaten Pasuruan, dan PCNU Kota Pasuruan. Karena Kecamatan Bangil dalam
lipatan sejarahnya adalah sebuah Kabupaten. Ketika Bupati Pasuruannya H. Irsyad
Yusuf, Bangil resmi menjadi Ibukota Kabupaten Pasuruan.
Banyak sekali
cerita-ceritanya yang membuat kami semakin takdzim kepada Kakek tersebut.
Bergelar Santri, kakek tersebut mengajar di Pondok Canga’an Bangil dan rajin
berpuasa riyadhoh, yakni puasa setiap hari tanpa henti terkecuali hari-hari
yang diharamkan berpuasa. “Pak Syaiful ini, sejak saja kecil nyantri di pondok
Canga’an Bangil sudah berpuasa setiap hari sampai sekarang.” Ujar Sudiono
Fauzan selaku Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan 2014-2019 tersebut. “Alhamdulillah,
sudah sekitar 33 tahun saya berpuasa.” Ungkap kakek kelahiran tahun 50 an
tersebut. Kejadian yang menarik adalah cerita lain seputar Pak Syaiful
tersebut. “Dulu saat Pak Syaiful ini di antar dan dititipkan mondok, orang
tuanya baru sampai rumah, Pak Syaiful sudah ada di rumah. Aneh sekali.” Tambah
Mas Dion.
Selain itu,
satu pesan sederhananya terkait berorganisasi adalah manfaatnya untuk kehidupan.
“Aku berbekal pengalaman berorganisasi itu, aku dapat banyak, manfaatnya sampai
sekarang.” Ujar lulusan PGA di tahun pertama zaman itu. Bahkan, saat kami di
bilang Mas Dion sebagai Ustadz-Ustadz di Yudharta dan Ngalah, Pak Syaiful hanya
tersenyum bilang, “aku wuruki (diajari), pengen belajar.” Mendengar bagaimana
proses kehidupan Pak Saiful sebagai seorang santri dan aktifis NU serta semangat
belajarnya, bertambahlah semangat kami untuk terus berjuang dan belajar untuk menjalani
kehidupan dengan memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya.
Maka, tidak
heran ketika Gus Dur berpesan, “Kebaikan seorang Santri tidak dilihat ketika
dia berada di Pondok, melainkan setelah dia menjadi alumni. Kamu tinggal
buktikan hari ini, bahwa kamu adalah santri yang baik.” Pak Syaiful sudah
membutikan dirinya sebagai santri yang baik dalam kehidupannya. Tinggal kita,
berproses sebaik-baiknya dan membuktikan kalau kita adalah santri yang baik.
Di Hari Santri Nasional, Dapat Pesan Nyantri dan Berorganisasi
Reviewed by Makhfud (Cak Pod)
on
02.16
Rating:
Tidak ada komentar: