Kriteria Pemimpin Yang Ideal

Pemimpin menjadi artis, bahkan lebih dari itu

Artis dapat bersandiwara namun pemimpin tidak boleh

Berbicara pemimpin sering mengarah pada gaya kepemimpinan

Dengan begitu, pemimpin akan terbatasi dan sulit dalam berkarya

Pemimpin yang baik adalah yang mempunyai sikap amanah, jujur, menyampaikan, dan cerdas. Begitu juga dengan sebaliknya, akan dikatakan pemimpin yang buruk. Sejauh ini, pemimpin yang mampu melaksanakannya secara sempurna adalah pemimpin sepanjang masa yaitu Nabi Muhammad SAW. Selebihnya, hanya mendekati dan terkadang hanya pengikutnya yang memujinya.

Dengan begitu, sudah saatnya kita tidak perlu memandang kepemimpinan dengan logika baik dan buruk. Menjadi sebuah ironi, ketika kita memandang gaya kepemimpinan dengan logika baik dan buruk. Sebab, menurut saya kepemimpinan pemimpin akan terus berproses dan berusaha menemukan titik idealnya. Lebih tepatnya, bagaimana ciri pemimpin yang ideal dan tidak ideal? Dengan begini akan terus kita diskusikan bagaimana pemimpin itu berhasil dengan berbagai sikap dan perilaku yang dia realisasikan.

Berikut ini adalah ciri pemimpin yang ideal:

1. Kepribadian yang ulul albab

Pribadi ulul albab adalah seseorang yang selalu haus akan ilmu, dengan senantiasa berdzikir kepada Allah SWT, berkesadaran historis primordial atas relasi Tuhan-Manusia-Alam, berjiwa optimis transedental sebagai kemampuan untuk mengatasi masalah kehidupan, berfikir dialektis, bersikap kritis dan bertindak transformative (Hasil Kongres ke-XVI 2008-2010 PB PMII)

2. Berakhlak mulia

3. Menguasai teori kepemimpinan dan mempunyai pengalaman, terutama pengalaman profesi dan profesional

4. Mengetahui situasi sekarang dan akan datang dan mampu menafsirkan keadaan sebelumnya atau sejarah dengan tepat

5. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan ummatnya secara kolektif dan proporsional

6. Berani dan demokratis. Seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an surat Ali-Imran: 159:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

[246]  Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

7. Tidak berorientasi pada harta, kekuasaan, dan wanita

8. Menyelenggarakan masa kepemimpinannya secara Transparan

9. Menerima kritik dan saran serta membuka ruang terbuka dialog

10. Turun lapangan untuk mengakrabkan diri dengan ummat dan memberikan kenyamanan dan harapan akan kedatanganya.

Dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan, mari kita diskusikan bersama.